Kaliurang
(Bingkai FIAI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam (P3I) bekerjasam
dengan Prodi Hukum Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam, dan Prodi Ekonomi Islam
FIAI Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan diskusi ilmiah dosen bertema Paradigma
Pembelajaran Yang Menyenangkan, Memberdayakan dan Kondusif, di Ruang Sidang
FIAI UII, Rabu,
23 April 2014.
Menurut Kepala PPPI,
Dr.
H. Hujair AH. Sanaky, MSI, tujuan kegiatan tersebut untuk menambah
wawasan keilmuan dosen tentang
paradigma pembelajaran yang kondusif dan memberikan solusi yang relevan di bidang akademik dalam hal pebelajaran
yang kondusif. “Pembelajaran
harus lebih terfokus pada pemberdayaan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam
segala aspek, agar menjadi lulusan yang berdaya saing tinggi”, katanya.
Hadir sebagai
pemateri Nur
Kholis, S.Ag.,M.Sh.Ec, Drs.
Imam Moedjiono, M.Ag, dan Drs. M.
Sularno, MA. Dalam kesempatan
itu, Nur
Kholis memaparkan iklim
belajar ekonomi Islam yang kondusif memiliki ciri tertentu seperti bagi orang
dewasa. Orang dewasa, kata Nur Kholis telah memiliki pengalaman hidup
yang cukup, lebih senang menemukan sesuatu secara sendiri dan lebih suka
menerima saran dari teman sejawat daripada digurui. “Sharing informasi dan
diskusi intensif diutamakan untuk memperoleh balikan tenang apa yang
dikerjakan”, paparnya.
Dalam pembelajaran,
lanjut Nur
Kholis saat ini perlu
diterapkan konsep student centered learning yaitu antara dosen, sumber belajar
dan mahasiswa harus ada interaksi yang menitik beratkan pada method of inquiry
dan discovery. “Sekarang bukan lagi bagaimana dosen mengajar dengan baik tapi
bagimana mahasiswa bisa belajar dengan baik dan berkelanjutan”, kata Nur Kholis.
Sementara itu,
menurut Sularno model disain pembelajaran hukum Islam diperlukan langkah tepat
yaitu memperkirakan kebutuhan pembelajaran hukum Islam untuk merancang program
pembelajaran, meneliti dan mengidentifikasi karakteristik peserta belajar,
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan sebagainya. “Metode pembelajaran hukum
Islam yang menyenangkan bisa berbentuk dialog, cerita, learning by doing dan
studi wisata”, kata Sularno.